Kanopi IE FEUI
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

PERTANIAN NEGARA BERKEMBANG Dihancurkan oleh Rezim Perdagangan Global

+2
Hage
iman si ketua KANOPI
6 posters

Go down

PERTANIAN NEGARA BERKEMBANG Dihancurkan oleh Rezim Perdagangan Global Empty PERTANIAN NEGARA BERKEMBANG Dihancurkan oleh Rezim Perdagangan Global

Post by iman si ketua KANOPI Fri Aug 22, 2008 2:46 pm

Senin, 11 Agustus 2008 | 05:20 WIB

Banyak pengamat internasional berpandangan, krisis pangan global dewasa ini adalah malapetaka buatan manusia. Krisis terjadi karena sektor pertanian di negara-negara berkembang dihancurkan lewat rezim perdagangan global demi kepentingan segelintir pemain besar dari negara maju. Tujuannya, untuk menciptakan ketergantungan pada impor pangan dari negara maju.

Bank Dunia dalam laporan World Development Report berjudul Agriculture for Development mengungkapkan, sektor pertanian dan pedesaan menderita karena selama 20 tahun terakhir terabaikan dan nyaris tak ada dana mengalir untuk inovasi budidaya dan teknologi (underinvestment). Alokasi anggaran pemerintah untuk sektor pertanian (termasuk untuk subsidi serta riset dan pengembangan) terus menyusut. Akibatnya, produksi terus stagnan.

Di negara-negara sub-Sahara Afrika, yang pertumbuhan ekonominya nyaris sepenuhnya mengandalkan pada sektor pertanian, rata-rata alokasi anggaran pemerintah untuk sektor pertanian hanya 4 persen dari total anggaran belanja pemerintah. Itu pun, sektor pertanian masih dipajaki tinggi. Pada saat bersamaan, alokasi bantuan luar negeri untuk pertanian juga terus menyusut, hanya 4 persen dari total Bantuan Pembangunan Resmi (ODA) pada tahun 2004. Padahal, 75 persen penduduk miskin negara berkembang hidup dari sektor ini.

Karena itu, menggenjot investasi secara besar-besaran di sektor pertanian menjadi kata kunci untuk mencegah terulangnya tragedi serupa di negara-negara miskin, sekaligus untuk mencapai target pengurangan angka kelaparan dan kemiskinan hingga separuhnya pada tahun 2015 sebagaimana ditetapkan dalam target Sasaran Pembangunan Milenium (MDG).

Di tengah absennya kepemimpinan global dalam mengatasi krisis pangan sekarang ini, solusi kembali ke pertanian mungkin adalah solusi yang paling riil untuk dilakukan. Ironisnya, ini disampaikan oleh lembaga yang selama ini dituding ikut menyemai krisis pangan global yang kita hadapi sekarang ini.

Apa yang terjadi di Afrika dan sejumlah negara Asia pada kurun 1970-an hingga 1990-an menjadi bukti bahwa lembaga multilateral, seperti Bank Dunia, Dana Moneter Internasional (IMF), dan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) yang selama ini dituding lebih banyak mewakili kepentingan negara-negara maju, telah menjadi bagian kekuatan globalisasi yang justru menghancurkan sistem ketahanan pangan negara-negara berkembang.

Ketika itu, atas nama Program Penyesuaian Struktural (SAP), IMF dan juga Bank Dunia memaksa negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) memangkas drastis anggaran pemerintah untuk berbagai sektor, khususnya untuk program pertanian, sebagai prasyarat untuk bisa terus mendapatkan kucuran utang dari lembaga tersebut.

Termasuk di sini, dengan menghapuskan atau memangkas berbagai program subsidi bagi petani dan memaksakan pemrioritasan budidaya tanaman komersial yang bisa diekspor agar bisa mendatangkan devisa (yang kemudian dipakai untuk membayar kembali cicilan dan pokok utang pada kreditor, termasuk Bank Dunia).

Haiti adalah contoh nyata. Di negara ini beras sudah merupakan tanaman pangan tradisional sejak berabad-abad lalu. Hingga 20 tahun lalu, petani negara ini masih mampu memproduksi sekitar 170.000 ton beras per tahun, cukup untuk menutup 95 persen konsumsi domestik. Kendati tak mendapat subsidi dari pemerintah, akses mereka ke pasar domestik terproteksi oleh adanya tarif impor yang menghambat masuknya beras impor.

Kondisi berubah tahun 1995 ketika kesulitan ekonomi memaksa pemerintah masuk dalam perangkap IMF. Untuk mendapatkan kucuran utang dari IMF, IMF mensyaratkan Haiti memangkas tarif impor beras dari 35 persen menjadi 3 persen. Hasilnya bisa diterka, beras dari Amerika Serikat segera membanjiri pasar lokal pada harga separuh dari tingkat harga beras produksi lokal.

Ribuan petani setempat jadi kehilangan lahan dan mata pencarian karena tak bisa bersaing dengan beras AS. Dewasa ini, 75 persen beras yang dikonsumsi Haiti adalah beras impor dari AS. Beras AS mampu menggusur beras lokal bukan karena rasanya lebih enak atau karena petani AS mampu memproduksi beras lebih efisien, melainkan karena petani AS disubsidi habis-habisan oleh pemerintahnya.

Tahun 2003, subsidi yang dikucurkan Pemerintah AS kepada petaninya mencapai 1,7 miliar dollar AS atau rata-rata 232 dollar AS per hektar padi yang ditanam. Subsidi ini masuk ke kantong segelintir tuan tanah yang menguasai lahan sangat luas atau perusahaan agrobisnis, dan memungkinkan mereka menjual beras pada harga 30-50 persen di bawah biaya produksi riil.

Di 30 negara terkaya di dunia, subsidi menyumbang 30 persen pendapatan petani, dengan total nilai subsidi yang disalurkan mencapai 280 miliar dollar AS tahun lalu. Di balik kebijakan ini, ada tujuan lain negara-negara maju, yakni mengurangi kompetisi dan mencegah gejolak pasar, seperti anjloknya harga dunia yang bisa mengganggu kepentingan pemain-pemain besar untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya dari pasar (Alex Lantier: The World Food Crisis and The Capitalist Market).

Politik imperialisme itu mengakibatkan banyak negara miskin di Afrika dan Asia tak lagi swasembada pangan dan menjadi rentan terhadap gejolak harga pangan dunia.

Paksakan GMO

Modus lainnya yang dipakai adalah melalui kedok "bantuan pangan". Politik bantuan pangan yang diterapkan AS selama ini, misalnya, ternyata lebih dimaksudkan untuk melayani kepentingan raksasa agrobisnis dan juga perusahaan-perusahaan perkapalan AS, yakni dalam rangka memperluas pasar mereka.

Berbeda dengan negara-negara lain, bantuan pangan AS mensyaratkan bantuan yang diberikan diproduksi, diproses, dan dikapalkan sendiri oleh perusahaan-perusahaan AS. Tentu saja ini sangat mahal, membebani negara penerima dan hanya menguntungkan perusahaan-perusahaan AS sendiri. Demi kepentingan bisnis segelintir konglomerat bioteknologi, benih hasil rekayasa genetik (genetically modified organism/GMO) juga dipaksakan ke petani negara-negara berkembang dalam konteks "program bantuan pangan".

Dalam kasus di Etiopia, benih GMO disalurkan sebagai bantuan bagi petani miskin yang mengalami kekeringan parah. Setelah ditanam dan panen, baru petani menyadari bahwa benih hasil panenannya ternyata tidak boleh ditanam lagi, tanpa membayar royalti kepada produsen benih. Bukan itu saja, benih tersebut ternyata juga hanya bisa tumbuh jika memakai pupuk, insektisida, dan herbisida yang juga diproduksi oleh produsen yang sama. Di sini, perekonomian petani dijebak masuk dalam perangkap ketergantungan di tangan konglomerat agrobisnis negara maju, seperti Monsanto, Syngenta, Aventis, DuPont, Dow Chemical, Cargill, dan ADM.

Siklus pertanian tradisional yang memungkinkan petani melakukan reproduksi benih di tingkat petani sendiri—yakni dengan menyisihkan benih organik dari hasil panenannya untuk ditanam pada musim tanam berikutnya— menjadi terputus. Akibatnya, tragedi kelaparan terus berulang.

Gagalnya kapitalisme

Kalangan pengamat mencatat semakin terglobalisasi dan terkonsentarsinya produksi pangan global sejak 1970-an. Dewasa ini, perdagangan komoditas pangan pokok didominasi hanya oleh segelintir pemain besar. Sekitar 80 persen pasar ekspor gandum dikuasai hanya oleh enam pemain. Hal serupa terjadi pada 85 persen pasar ekspor beras. Untuk jagung, 70 persen pasar ekspor bahkan hanya dikendalikan oleh tiga pemain. Ini membuat nasib negara-negara termiskin yang harus mengimpor pangan untuk bisa bertahan hidup menjadi sepenuhnya ada di tangan segelintir korporasi.

Food & Water Watch mencatat, lahan pertanian tanaman pangan di Afrika sejak WTO efektif terbentuk terus menyusut. Sebaliknya, luasan lahan untuk tanaman komersial, seperti kopi, kakao, tebu, kapas, tembakau, dan teh, terus meningkat pesat. Presiden Venezuela menggambarkan krisis pangan dewasa ini sebagai bukti nyata kegagalan model kapitalisme global. Mantan Presiden Kuba Fidel Castro Ruiz bahkan menyebut program biofuel yang diprakarsai AS dan Uni Eropa sebagai genosida.

Mantan analis pemerintahan federal AS, Richard Cook, dalam tulisan Crisis in Food Prices Threatens Worldwide Starvation: Is It Genocide sependapat dengan Bank Dunia, kini saatnya kembali ke sawah. Dalam kaitan ini, ia menekankan pentingnya dukungan kebijakan penuh dari pemerintah, mulai dari kredit lunak, jaminan harga, pelayanan yang terjangkau, kebijakan pajak yang mendukung dan hingga yang ekstrem: gerakan nasional untuk mengonsumsi produksi dalam negeri. "Produksi pangan tidak boleh lagi diserahkan ke tangan perusahaan agrobisnis dan kapitalisme finansial internasional," ujarnya.

iman si ketua KANOPI

Number of posts : 22
Registration date : 2008-06-13

Back to top Go down

PERTANIAN NEGARA BERKEMBANG Dihancurkan oleh Rezim Perdagangan Global Empty Re: PERTANIAN NEGARA BERKEMBANG Dihancurkan oleh Rezim Perdagangan Global

Post by iman si ketua KANOPI Fri Aug 22, 2008 2:52 pm

topic di atas gue ambil dari kompas.com

kalo solusi yg ditawarkan adalah kembali ke sekotr pertanian, maka menurut gue itu cuma simplifikasi masalah.

karena kita semua tahu bahwa nilai tambah yg dihasilkan oleh sektor pertanian kalah jauh oleh sektor manufaktur. Jika hal tersebut dilakukan maka petani kita akajn terus miskin.

dan hal ini juga menunjukkan bahwa kita tidak boleh melupakan sektor pertanian (termasuk mencabut subsidi pertanian) karena seperti yang disebut di atas bahwa negara2 maju pun memberikan subsidi yang lumayan besar kepada petaninya

iman si ketua KANOPI

Number of posts : 22
Registration date : 2008-06-13

Back to top Go down

PERTANIAN NEGARA BERKEMBANG Dihancurkan oleh Rezim Perdagangan Global Empty Re: PERTANIAN NEGARA BERKEMBANG Dihancurkan oleh Rezim Perdagangan Global

Post by Hage Tue Aug 26, 2008 5:36 pm

Sebenernya gw sendiri juga bingung ma Indonesia...kita nih sebenernya kan emang jagonya di pertanian...tapi kok banyakan ngimpornya ya...

kalo di pelajaran inter kita belajar masalah spesialisasi dengan comparative advantage dan absolut advantage....
kalo absolut advantage,,,terus terang indonesia belum...

tapi kalo mengedepankan pertanian sebagai comparative advantage...gw rasa cukup berprospek...
karena emang sumber dayanya udah ada...tinggal gimana kita mengolahnya aja...bayangin segitu banyak tanaman bisa hidup dan segitu banyak tumbuhan bisa berkembang...tapi ga ada yang ngolah...

tapi emang ngolahnya ga cuma sebatas bahan mentah aja...melainkan harus disokong dengan teknologi..supaya harga jualnya bisa berlipat dan untungnya juga ga cere2 amat...

kalo kalian perhatikan...sebenernya banyak bahan pertanian kita yang diolah hanya sebatas bahan mentah...paling banter jadi bahan setengah jadi...padahal orang luar yang memproses dengan sedikitr sentuhan bisa bikin itu barang jadi mahal...

makanya suruh anak teknik supaya kuliah yang bener...jadi faktor teknologi kita ga kalah ma negara lain...sdm juga ga mahal karena dari dalam negeri...mereka yang kerja.....kita tinggal nyuruh2 aja...hehehe
Hage
Hage

Male
Number of posts : 38
Divisi : Kajian dan Riset
Angkatan : 2005
Shoutout : Push My Limit!!!
Registration date : 2008-06-18

Back to top Go down

PERTANIAN NEGARA BERKEMBANG Dihancurkan oleh Rezim Perdagangan Global Empty Re: PERTANIAN NEGARA BERKEMBANG Dihancurkan oleh Rezim Perdagangan Global

Post by Leon-Lie Wed Aug 27, 2008 4:43 pm

salah satu tulisan paling worthless yg pernah dikeluarin kompas

sekarang pertanyaannya negara berkembang yg hancur pertaniannya itu negara yang mana?

negara2 Amerika Latin???
buat urusan perkebunan terutama gula, kedelai, jagung, dan calon bahan bakar biofuel, Amerika Latin itu rajanya
bahkan etanol US yg dibikin dari jagung sempat keteteran sama bioetanol dari Amerika Latin yg dibikin dari tebu

negara2 Asia???
diantara semua negara berkembang yg pertanian tanaman pangan dan tanaman industrinya paling maju tuh Asia dengan pentolan Vietnam, Thailand, dan China di sektor pangan
di sektor perkebunan ada Malaysia, dan Indonesia
Walaupun Asia masih didominasi Asia Timur bukan berarti Asia Barat dan Selatan itu hancur pertaniannya, kalo baca di the economist bbrp bln yg lalu India itu termasuk yg lagi booming pertaniannya
jadi hancur apanya???

Afrika???
kalau melakukan kajian ttg Afrika itu paling sulit
kehancuran pertanian Afrika lebih dikarenakan faktor2 non ekonomi spt rezim pemerintahan yg korup dan kelptokrat serta bbg kondisi yg bisa dibilang ekstrim
bahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dgn menggenjot industri dan pertambangan saja sulit untuk menolong perekonomian Afrika scr keseluruhan


Pertanian Indonesia???
pertanyaannya: setelah subsidi pupuk, pestisida, infrastruktur irigasi, riset, dll selama lebih dari 40 tahun (start periode Orba) knp pertanian pangan tetep aja babak belur??? hanya sempat berjaya sementara waktu
sedangkan perkebunan yg notabene di luar Jawa malah booming
apa yang salah dari kebijakan pertanian kita selama 40 tahun???
menurut gw itu yg harus dievaluasi
Leon-Lie
Leon-Lie

Male
Number of posts : 46
Age : 37
Divisi : Kajian dan Riset
Angkatan : 2005
Shoutout : penting yah?
Registration date : 2008-06-05

Back to top Go down

PERTANIAN NEGARA BERKEMBANG Dihancurkan oleh Rezim Perdagangan Global Empty Re: PERTANIAN NEGARA BERKEMBANG Dihancurkan oleh Rezim Perdagangan Global

Post by Hage Wed Aug 27, 2008 5:07 pm

ok...setelah menulis data yang udah lo tulisan diatas...hasil evaluasi dari lo sendiri apa tung?
Hage
Hage

Male
Number of posts : 38
Divisi : Kajian dan Riset
Angkatan : 2005
Shoutout : Push My Limit!!!
Registration date : 2008-06-18

Back to top Go down

PERTANIAN NEGARA BERKEMBANG Dihancurkan oleh Rezim Perdagangan Global Empty Re: PERTANIAN NEGARA BERKEMBANG Dihancurkan oleh Rezim Perdagangan Global

Post by Leon-Lie Thu Aug 28, 2008 6:14 am

main problem dari pertanian dunia adalah kita selalu mengasumsikan pasar pertanian itu bersifat decreasing return dan competitive market
padahal yang sebenarnya terjadi kan ngga seperti itu

kalo liat di data FAO jelas2 pasar utk produk pertanian terutama perkebunan sifatnya oligopolistik atau monopolistik
belum lagi kemajuan teknologi pertanian yang banyak mengandalkan rekayasa genetik dan mekanisasi yang sifatnya increasing return

so menganalisa pasar pertanian dunia dengan prinsip Comparative Advantage (CA) dan Heckscher-Ohlin (HO) tidak lagi tepat
seharusnya analisanya di upgrade ke level New Trade Theory, based on increasing return and market structure
based on Strategic Trade Policy subsidi sektor pertanian itu tindakan yang menguntungkan bagi negara pemberi subsidi, tapi ini harus dikaji lebih mendalam karena efek subsidi berbeda-beda
tergantung kita mengasumsikan pasarnya Cournot atau Bertrand type competition

in the end, menurut gw harus dilakukan analisa yg lebih mendalam terhadap perdagangan global di sektor pertanian tentunya dengan model yg lebih tepat, bukan hanya sekedar CA atau HO
Leon-Lie
Leon-Lie

Male
Number of posts : 46
Age : 37
Divisi : Kajian dan Riset
Angkatan : 2005
Shoutout : penting yah?
Registration date : 2008-06-05

Back to top Go down

PERTANIAN NEGARA BERKEMBANG Dihancurkan oleh Rezim Perdagangan Global Empty Re: PERTANIAN NEGARA BERKEMBANG Dihancurkan oleh Rezim Perdagangan Global

Post by emon Thu Aug 28, 2008 11:58 pm

Leon-Lie wrote:salah satu tulisan paling worthless yg pernah dikeluarin kompas

woow,kok kompas bisa ngeluarin tulisan yg worthless ya??yang ngepost tulisan ke kompas kan bejibun om ngakak

Dan yang dibahas memang pertanian negara berkembang yang hancur,bukan perkebunan, masalahnya kan keterbatasan lahan,jadi krn harga komoditas perkebunan di pasar luar negeri sedang naik (akibat biofuel,etanol,dsb)lahan perkebunan semakin meluas dan mengurangi jatah untuk lahan pertanian..

Memang WTO itu bertujuan untuk melindungi kepentingan negara maju seperti Amerika,jadi negara berkembang seperti Indonesia pasti dirugikan..

Justru krisis pangan yang sekarang ini menurut gw harus dimanfaatkan untuk kembali ke sektor pertanian..
Sektor pertanian menyerap tenaga kerja yang paling besar,dan pemerintah seharusnya memberikan subsidi yang besar bagi petani ngakak
emon
emon

Male
Number of posts : 4
Age : 36
Registration date : 2008-06-19

Back to top Go down

PERTANIAN NEGARA BERKEMBANG Dihancurkan oleh Rezim Perdagangan Global Empty Re: PERTANIAN NEGARA BERKEMBANG Dihancurkan oleh Rezim Perdagangan Global

Post by Leon-Lie Fri Aug 29, 2008 8:55 am

kenapa worthless??? Kompas publikasi tulisan ttg perdagangan global tanpa mengerti apa itu namanya international trade
mungkin editornya perlu ngambil matkul international econ 101 sebelum nyeleksi tulisan yg masuk

kembali lagi pertanyaannya, lahan pertanian pangan negara mana???
Afrika??? itu tanpa perdagangan global memang hancur sendiri dari dalam oleh birokrat dan pemimpin-nya yg kleptokrat
Amerika Latin??? itu kacang kedelai, dan jagung yg jadi bahan biofuel kan tanaman pangan bukan perkebunan
Asia??? Thailand, Vietnam, China adalah produsen TOP tanaman pangan di Asia, sekarang India, Filipina sedang mulai menyusul

WTO melindungi kepentingan negara maju??? gak salah tuh???
putaran DOHA yg diselenggarakan WTO utk meningkatkan perdagangan bebas global itu udah Dead Lock dari taun 2001 sampe sekarang
Kenapa??? sentimen proteksionisme di negara maju, terutama utk industri labor intensive mis tekstil, meningkat
kalo negara maju proteksionis tentu negara berkembang akan retaliate dgn cara yg sama
jadi terlalu naif kalau kita bilang WTO melindungi kepentingan negara maju
kondisi aktual dari perdagangan bebas adalah secara global Dead Lock, secara bilateral (mis bilateral Indo-Japan) lancar, regional (mis Asean-India) lancar

Sektor pertanian bukan hanya sekedar masalah subsidi, subsidi udah overrated, mereduksi dan mensimplifikasi persoalan pertanian kita
modernisasi metode produksi dan kelembagaan pertanian serta pengembangan riset pertanian semuanya jalan di tempat
itu yg seharusnya kita perhatikan
Leon-Lie
Leon-Lie

Male
Number of posts : 46
Age : 37
Divisi : Kajian dan Riset
Angkatan : 2005
Shoutout : penting yah?
Registration date : 2008-06-05

Back to top Go down

PERTANIAN NEGARA BERKEMBANG Dihancurkan oleh Rezim Perdagangan Global Empty Re: PERTANIAN NEGARA BERKEMBANG Dihancurkan oleh Rezim Perdagangan Global

Post by Hage Fri Aug 29, 2008 3:30 pm

Leon-Lie wrote:
tergantung kita mengasumsikan pasarnya Cournot atau Bertrand type competition

Boy kalo mau nulis jangan setengah2...tolong lo jelasin sedikit pengertian dari tulisan lo...karena kita bukan forum 2005...
sekalian tolong jelasin kutipan diatas dong,,,perjelas maksud lo dong..coba dibikin agak panjang kaya yang awal...

Leon-Lie wrote:
dll selama lebih dari 40 tahun (start periode Orba) knp pertanian pangan tetep aja babak belur??? hanya sempat berjaya sementara waktu
sedangkan perkebunan yg notabene di luar Jawa malah booming
apa yang salah dari kebijakan pertanian kita selama 40 tahun???
menurut gw itu yg harus dievaluasi

sebenernya menurut data Bungaran kita pernah melakukan swasembada pangan 2 kali...pada tahun 84 dengan 2004...

Sayang banget lo ga dateng semalem..karena diskusi di Freedom Institute cukup menarik dan membahas maslah krisis pangan...
Pembicaranya Aco (FE sebagai akademisi) dengan Bungaran Saragih (IPB juga mantan Menteri Pertanian 2000-2004).

Pembahasannya simple banget cuma sekedar supply dan demand ,(jadi kenapa kita malah pake teori yang lebih advance??), yang anak tahun pertama pun bisa ngerti..karena ada anak kecil, josep dan anak BOE lainnya yang 2007 waktu itu.

untuk bisa menganalisis suatu masalah kita ga bisa langsung jebret dengan teori...
ada akibat karena ada sebab...kita lihat dulu dari sejarah(latar belakang) baru kita lihat teori yang bisa dipakai.
makanya disini akan gw tulis ulang intisari yang gw dapet dari diskusi semalem...

Latar Belakang

Krisis pangan ternyata tidak terjadi sekarang, pada jaman setelah berakhirnya perang dunia ke2 terjadi krisi pangan yang hebat...
makanya kemudian dunia mulai memperhatikan maslah pertanian sebagai suatu prioritas utama...
Dunia akhirnya berhasil menghapus krisis pangan dengan mulai berjayanya pertanian di beberapa negara, Seperti Indonesia beberapa negara lain juga berhasil mengadakan swasembada pangan...pada tahun 1980-an...akhirnya duniapun mendapatkan surplus produk pertanian...harga turun..
Krisis panganpun telah berkahir...

Tapi bener ga sih sudah berakhir,,,dan kenapa sekarang malah seperti ini?

Justru...swasembada pangan yang berlebihan ini akan berdampak pada ancaman krisis pangan sekarang...
ini terjadi karena kelebihan suplly pada tahun 90-an telah menurunkan harga produk pertanian secara berkala tapi pasti...
penurunan ini terjadi di seluruh dunia...

akibatnya, keuntungan yang didapat dari sektor prtanian inipun juga ikut mengecil...
namanya manusia sebagai pelaku ekonomi yang rasional..pastinya akan mencari keuntungan yang lebih besar ditempat lain dong...
maka ditinggalkannyalah sektor pertanian..

dari data yang diapaprkan Bungaran, World Bank (WB) menurunkan portofolio sektor prtanian dalam kurun waktu 90's ke tahun 2000-an. Dari 80%, dana yang dialokasikan menurun menjadi hanya 18%. Lalu dengan enteng mereka menjawab, kita turunkan karena memang sudah tidak menguntungkan lagi...banyangin berarti segitu ga berprospeknya pertanian di dunia saat itu.

pandangan merendahkan juga data dari para investor yang menganggap ternyata pertanian kurang memberikan valueadded yang menarik dibandingkan dengan manufaktur bidang teknologi...maka selain modal, pinjaman, para pelakunya pun mulai beramai-ramai meninggalkan sektor prtanian...
Inilah kenapa kemudian produksi dunia tidak bisa mengejar konsumsi..sampai awal tahun 2000-an

Bencana itu Semakin Terakumulasi

Pada beberapa tahun belakangan ini perubahan iklim menjadi suatu isu penting..Perubahan iklim telah menghancurkan panen di penjuru dunia..akibatnya beberpa negara penghasil beras terbesar seperti Vietnam, Thailand, dan India mengalami kegagalan panen..kemudian supply beraspun mengalami kekurangan.

Kemudian mulai tahun 2005 ketika terjadinya kenaikan minyak dunia...US dan Uni Eropa yang notabene sebagai pemain perdagangan Internasional yang besar membuat kebijkaan tentang peningkatan biofuel...ini yang kata Aco sebagai government failure-nya Amerika (maklum freedom institute adalah tempatnya ekonom pasar bebas)

Amerika dengan uangnya mengalihkan subsidi-subsidi pertaniannya ke arah tanaman penghasil etanol..seperti gandum, jagung, dan lainnya...sehingga banyak pertanian yang ditinggalkan dan beralih pada tanaman sumber biofuel diatas. para pekerja berbondong-bondong beralih...akhirnya pasokan tanaman pangan lainnya pun menurun..

sedangakan Eropa mewajibkan produksi minimum biofuel ke negara-negaranya. yang mendorong negara2nya untuk menjadikan cpo dan tanaman pangan lainnya menjadi biofuel..

Dari sini Semua Merana

Dampak dari Amerika langsung mengena pada impor kedelai Indonesia yang mengalami kenaikan harga.

Yang paling parah adalah menurunnya jumlah gandum Internasional...
India sebagai pengimpor gandum terbesar didunia akhirnya kelabakan...mereka bingung untuk memenuhi kebutuhan pangannya...akhirnya demi menjaga ketahan pangannya, mereka mulai melarang ekspor beras ke dunia...

Vietnam yang sedang merangkak naik juga akhirnya ikut-ikutan menutup ekspornya...

Pada akhirnya seperti efek domino, semua negara sekitar yang merupakan -enghasil beras besar mulai menutup keran ekspornya satu-persatu...termasuk Indonesia yang sebenernya masih melakukan impor beras...

akhirnya kelangkaan beras internasional pun terjadi...ini memicu kenaikan harga...harga naik sejadinya...
belakangan Filipina yang Aroyo berusaha menjaga simpati masyrakat agar terpilih kembali...mereka yang sebagian besar pengadaan berasnya melalui impor, membuka penawaran pembelian beras ke pasar internasional, mereka berani membayar dua sampai tiga kali lipat harga pasar saat itu...
yang kemudian diterima oleh vietnam dengan harga sekitar Rp 11.000/kg...
(jadi Filipina sebagai pengimpor terbesr tung dan seharusnya agak lama sebelum dia bisa jadi pemain dalam pasar beras...mungkin akan lebih bagus kalo lo cantumin sumbernya supaya gw juga bisa liat)

maka makin menjadi saja harga dunia...dan ini akan terus naik sampai dunia berhasil meningkatkan produksinya kembali...

Efek Tambahan..

ternyata setelah kita mengetahui kita bersaing dalam hal pangan dengan sesama manusia, kemudian dengan mesin2 boros bahan bakar...kita juga harus tahu...bahwa kita (secara tidak langsung) bersaingan pangan dengan hewan ternak...beneran tuh????

Yup,,,

Di Cina dan India, kemakmuran telah merubah gaya hidup mereka. Motto mereka sekarang adalah disetiap mangkuk nasi, harus ada ayam/dagingnya...
aneh ya...harusnya kan ga masalah...
ya, memang ga masalah kalo negaranya cuma sebesar timor leste (sori kalo ada anak kanopi yang berasal dari sana...
melet

Yang menjadi masalah...pupolasi keduanya bahkan sudah bisa mencapai 35% dari populasi dunia...alhasil,,terjadi kenaikan permintaan ternak...yang kemudian di respon para peternak dengan memperbanyak jumlah jualan ternak...

jumlah ternak yang meningkat ini...diikuti dengan kenaiakn pangan ternak...seperti jagung...

akhirnya kita juga bersaing dengan ternak dalam hal pangan...

Jadi,,kira2 begini nih ringkasan diskusi yang gw tangkep dari acara semalem...bagus dan membuka pengetahuan...
jadi untuk mengetahui suatu permasalahan...emang ga bisa langsung dengan teori,,,tapi dari sejarahnya dulu...

sejarah dalam ekonomi disebut sebagai tren/siklus dimana pada akhirnya kita bisa menebak kemana alur cerita ini berkahir...

sebenernya mau nulis pendapat gw tapi udah cape jadi segini dulu aja ya...[/b][b]
Hage
Hage

Male
Number of posts : 38
Divisi : Kajian dan Riset
Angkatan : 2005
Shoutout : Push My Limit!!!
Registration date : 2008-06-18

Back to top Go down

PERTANIAN NEGARA BERKEMBANG Dihancurkan oleh Rezim Perdagangan Global Empty Re: PERTANIAN NEGARA BERKEMBANG Dihancurkan oleh Rezim Perdagangan Global

Post by Leon-Lie Sat Aug 30, 2008 10:50 pm

gw jawab point pertama dulu.
kalo kondisi perdagangan cournot maka subsidi akan menguntungkan negara pemberi subsidi dan HURT negara lain, dan negara lain akan retaliate dengan memberikan subsidi atau memberlakukan tarif, simply trade war
kalo kondisi Bertrand maka pemberian subsidi akan HURT semua negara pengekspor, sehingga mereka gak akan memberikan subsidi
that was the prob of the outcome, using the simplest assumption
Remember!!! in point 1 we talk about international trade, not Agriculture Economics


OK! Thanks Hage, i got the point
1. Excess supply pada tahun 1980-1990 telah menyebabkan rate of return dr sektor pertanian berkurang, sehingga potential investment dialihkan ke sektor2 lainnya yg lbh profitable
2. climate change matter, tapi ini adalah gejala eksternal dan bukan variabel yg bisa dikendalikan begitu saja, better take it as given
3. Rise in oil price!!! kalau kita belajar esdal, ada namanya satu period dmn MC dari recent energy = MC dr new energy, shg akan terjadi shift penggunaan energy, dan it happens today, change to biofuel
4. Change to Biofuel = lonjakan permintaan thd pangan, pangan ga skedar bwt makan, tp jg bwt bikin bensin, hal ini udah disinggung sama pak Djatun dan pak Faisal dari 2 smester yg lalu
5. produksi pangan dunia tdk mengantisipasi lonjakan permintaan pangan ini, shg excess demand, dan harga naik, as simple as that
6. better living standard, shift in consumption, gunakan aja hukum engel, shift in food consumption, dan bla bla bla, sampai akhirnya lonjakan demand thd pangan lagi

jadi kita simplifikasi ke 6 point diatas seperti ini
lonjakan demand tidak dpt diantisipasi oleh sisi supply, shg price naik tajam

masalahnya ini adalah problem pangan global, bukan problem pertanian Indonesia
Indonesia hanya swasembada 2 kali, dan itu bukan indikator bagus
kalau itu memang CA kita, maka seharusnya kita swasembada terus menerus, dan kalau dadakan tdk bisa swasembada baru itu suatu kehebohan
kenyataannya adalah sebaliknya, dan sampai sekarang tidak jelas apa yang salah dari pertanian pangan kita, jadi masih harus diteliti lebih jelas lagi
Kenapa sejak merdeka sampai sekarang kita baru swasembada pangan 2 kali???
well kalau Bang Hage mau tulis skripsi ttg ini akan bagus sekali, karena melakukan policy evaluation yg sdh begitu lama tidak pernah dievaluasi

ngomong2 ttg siklus jadi ingat teori Random Walk in Business Cycle :p
Leon-Lie
Leon-Lie

Male
Number of posts : 46
Age : 37
Divisi : Kajian dan Riset
Angkatan : 2005
Shoutout : penting yah?
Registration date : 2008-06-05

Back to top Go down

PERTANIAN NEGARA BERKEMBANG Dihancurkan oleh Rezim Perdagangan Global Empty Re: PERTANIAN NEGARA BERKEMBANG Dihancurkan oleh Rezim Perdagangan Global

Post by Hage Wed Sep 03, 2008 2:39 pm

Bener tuh bagus juga buat skripsi,,,tapi dengan topik yang kaya gitu...mungkin udah banyak banget yang bikin kali ya..

Iya juga sih...thx buat leon yang sudah mengingatkan gw...

Karena ternyata gw sendiri lebih menfokuskan pada krisis pangan dan buakan pada tema yang sedang dibicarakan...
Tapi toh, sedikit2 ada yang nyangkut dari diskusi di Freedom..
Sempak pun pada awalnya melempar isu untuk dalam dan luar negeri...

tapi, gw yang mengarahkan pada kondisi pertanian di Indonesia...
ok lah...anggap aja sebagai sedikit selingan...

Gw juga binggung leon...masa si Aco bilang ga masalah kalo kita terus2an ngimpor...
ga masalah kalo kita cuma swasembada 2 kali...padahal kita dikasih lahan, cuaca, yang bagus untuk pertanian...

Mungkin Aco punya alasan tersendiri,,,ketika ditanya kenapa bagus?

dia jawab...setiap negara punya keahliannya sendiri-sendiri dan salaing tergantung, jadi dikemudian hari kita ga masalah bergantung dengan negara lain..toh, negera lain juga bergantung dengan produk kita...

Bener juga sih kata dia...masalahnya adalah...dalam hal apa sih kita bisa bener2 dibutuhin ma dunia??? dalam hal apa kita bener2 kuat dalam hal sebagai produsen???
Seberapa besar bargaining power kita di dunia sampai kita ga perlu takut dengan ketergantungan terhadap negara lain? Seberapa besar kekuatan kita di WTO sampai kita berani membebaskan pasar kita, tanpa proteksi dan subsidi???

Masalahnya negara kita adalah produk yang berbeda dengan negara maju, yang menginginkan pasar bebas...
Dari masalah starting point kita jauh lebih payah...
Dari hal, keamanan, investasi, saving, taxes, growth...kita bener2 ga seimbang dengan negara maju...

ketika semuanya ingin berlomba dalan peraturan pasar bebas...
seharusnya kita mengawali dengan awalan yang sama (yang sebenernya sudah tidak mungkin)

Cacthing effect yang katanya kita akan mengejar negara maju karena growth kita yang tinggipun kaya cuma dongeng sebelum tidur...menenangkan tapi ga nyata...



Balik lagi ke topik kita

emang disini jelas sekali ternyata insentif lah yang selama ini kurang di berikan dari pemerintah...
insentif yang baik kaya BULOG malah di potong dengan menjadikan BULOG sebagai PERUM pada tahun 2003...

padahal Bulog mempunyai peran penting dalam pembangunan pertanian...
sebagai penyeimbang pasar...supaya petani dan pembeli ga rugi dengan volalitas harga beras...khusunya saat terjadi panceklik dan Panen Raya...

Pemerintah juga udah ga zaman ngasih subsidi berupa barang...karena rentan terhadap korupsi...
Menurut Aco adalah lebih baik bila pemerintah memberikan subsidi berupa keuangan...alias kemudahan kredit...
mulai kredit ekspor, kredit ekspansi/usaha.. dengan begini hasilnya diharapkan lebih konkret daripada subsidi pupuk, yang ternyata nyasar ke malaysia.

Pemerintah juga harus mulai memberikan insentif dalam hal teknologi...terutama dalam hal industri pengolahan...supaya yang kita jual keluar tuh barang jadi...so, value added-nya bisa lebih besar...
Hage
Hage

Male
Number of posts : 38
Divisi : Kajian dan Riset
Angkatan : 2005
Shoutout : Push My Limit!!!
Registration date : 2008-06-18

Back to top Go down

PERTANIAN NEGARA BERKEMBANG Dihancurkan oleh Rezim Perdagangan Global Empty Re: PERTANIAN NEGARA BERKEMBANG Dihancurkan oleh Rezim Perdagangan Global

Post by Leon-Lie Wed Sep 03, 2008 3:53 pm

well, Hage

menurut gue problem dari argumen Mas Aco adalah kita pasti punya CA, tapi pertanyaannya "apa sih sebenarnya CA kita?"

menurut gw itu yg gak jelas sampe sekarang

dulu jaman ORBA maonya industri subtitusi impor, mulai dari ac, kulkas, mobil, hingga pesawat terbang
tapi yg terjadi adalah gagal semua

setelah tahun 2000 yg mendorong ekspor Indonesia adalah hasil perkebunan spt kelapa sawit, kakao, karet, dst
well, mungkin kesimpulan gampangny adlh keunggulan Indonesia ada di sektor perkebunan, lebih luasnya natural resource intensive
shg industriny jg hrs berbasis itu, agro-industri

utk masalah impor menurut gue selama Current Account kita masih surplus its OK lah
current account surplus means kita punya lebih banyak duit untuk mengembangkan potensi kita
pdkt pragmatisny yah as long as sektor itu memberikan kontribusi yg banyak thd ekspor yah kita topang mulai dari hulu sampai hilir
utk sektor lainnya perlu dikembangkan, tapi lagi2 perlu penelitian yg bisa mendasari apakah sektor tsb worth it utk dikembangkan???
menurut gw inilah yg masih gak jelas arahnya


gw ga berani ambil kesimpulan apa yg harus dilakukan thd pertanian pangan Indonesia
banyak yg bisa dilakukan tapi mana yg harus lebih dulu dilakukan
apakah subsidi riset? subsidi input (pupuk, pestisida)? pembangunan infrastruktur desa? perbaikan kelembagaan pertanian desa? pembangunan industri pengolahan bahan pangan? dst
so menurut gw, hal inilah yg masih harus dijawab dgn penelitian
How we must allocate our limited money?
Leon-Lie
Leon-Lie

Male
Number of posts : 46
Age : 37
Divisi : Kajian dan Riset
Angkatan : 2005
Shoutout : penting yah?
Registration date : 2008-06-05

Back to top Go down

PERTANIAN NEGARA BERKEMBANG Dihancurkan oleh Rezim Perdagangan Global Empty Re: PERTANIAN NEGARA BERKEMBANG Dihancurkan oleh Rezim Perdagangan Global

Post by wahyubh Wed Oct 15, 2008 8:43 am

Wah ternyata anak ekonomi UI ada yang peduli petani yah, kirain pikirannya hanya stock exchange, exmud, CEO.
wahyubh
wahyubh

Male
Number of posts : 1
Age : 51
Divisi : Kimia UI
Angkatan : 90
Registration date : 2008-10-15

Back to top Go down

PERTANIAN NEGARA BERKEMBANG Dihancurkan oleh Rezim Perdagangan Global Empty Re: PERTANIAN NEGARA BERKEMBANG Dihancurkan oleh Rezim Perdagangan Global

Post by Wirapati Sun Nov 09, 2008 7:35 am

@wahyubh: Kan FEUI bukan kampus liberalis. Justru kita belajar Ekonomi yang sepenuh2nya untuk kemakmuran rakyat dan pertumbuhan yang struktural. Ya kan?

Hmm.. pembicaraan para senior di sini uda advance banget. Gw gak bisa ngikutin. Tapi, sedikit menyumbang, Food Crisis is an eternal phenomenon. Apapun yang terjadi dunia ini akan selalu berada dalam food crisis karena jumlah makanan yang terbatas dan pertumbuhannya yang terbatas pada jumlah lahan tidak seperti manusia yang pertumbuhannya tak terbatas. Semacam Malthus Theorem lah, pertumbuhan makanan mengikuti deret aritmetika sementara pertumbuhan penduduk mengikuti deret geometri. Yang terpenting adalah memitigasi efek dari fenomena abadi ini.

MAKA DARI ITU IKUTILAH SEMINAR 6TH ECONOMIX, ASIAN YOUTH EMPOWERMENT: A GLOBAL CHALLENGE AGAINST FOOD AND OIL CRISES!!! deal
Wirapati
Wirapati

Male
Number of posts : 75
Age : 35
Divisi : Dana The Boyzone
Angkatan : 2006
Shoutout : I believe in a mysterious equation of love, where any logical reason can be found..
Registration date : 2008-07-15

Back to top Go down

PERTANIAN NEGARA BERKEMBANG Dihancurkan oleh Rezim Perdagangan Global Empty Re: PERTANIAN NEGARA BERKEMBANG Dihancurkan oleh Rezim Perdagangan Global

Post by Sponsored content


Sponsored content


Back to top Go down

Back to top


 
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum